
Feature
Kasus ISPA Meningkat, Polusi Udara dan Cuaca Ekstrem Biang Keroknya
Hanindito Arief Buwono • 27 Nov 2025
Beberapa waktu lalu masyarakat di berbagai daerah di Indonesia mengeluhkan cuaca panas yang ekstrem. Suhu udara di beberapa wilayah di Jakarta bahkan ada yang mencapai 37 derajat Celcius di siang hari.
Di tengah cuaca panas ekstrem tersebut, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan jumlah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 1,9 juta sepanjang 2025. Lonjakan kasus terjadi sejak Juli lalu.
Menurut para ahli, pemicu utama kenaikan kasus ISPA yang dialami masyarakat adalah masifnya paparan polusi udara.
Selain itu, suhu udara ekstrem dan perubahan cuaca yang tidak menentu turut membuat masyarakat semakin rentan terhadap dampak polusi udara. Kombinasi tersebut membuat virus dan bakteri penyebab ISPA berkembang pesat di lingkungan padat penduduk seperti Jakarta dan daerah-daerah penyangga di sekitarnya.
Peningkatan kasus ISPA menjadi penanda bahwa kualitas udara di Indonesia kian memburuk, dengan wilayah Jabodetabek menjadi yang terburuk. Merosotnya kualitas udara ini diungkap dalam laporan terbaru Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA). Laporan tersebut menunjukkan udara Jabodetabek mengandung tingkat polutan PM2,5 mencapai 30-55 mikrogram per meter kubik atau setara 6-11 kali lipat ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 mikrogram per meter kubik. Artinya, kualitas udara di wilayah Jabodetabek buruk.
Sementara itu, laporan IQAir World Air Quality 2024 menempatkan Indonesia di peringkat ke-15 sebagai negara dengan udara paling tercemar sejagat. Bahkan, pada laporan yang sama, Indonesia ditempatkan pada peringkat pertama sebagai negara yang udaranya paling tercemar di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah memasang dan mengaktifkan 111 stasiun pemantau kualitas udara (SKPU) di seluruh wilayah ibu kota. Berbasis teknologi sensor, SKPU berfungsi memantau, menganalisis, dan melaporkan kondisi udara secara real time dan terhubung pada portal publik, sehingga masyarakat dapat melihat data kualitas udara terkini hingga mendapatkan rekomendasi aktivitas bagi kelompok masyarakat tertentu.
Apa Itu Polusi Udara
Menurut WHO, polusi udara adalah kontaminasi lingkungan dalam atau luar ruangan oleh zat kimia, fisik, atau biologis apapun yang mengubah karakteristik alami atmosfer.
Pada umumnya, sumber polusi udara beragam dan tergantung pada konteks wilayahnya. Sumber utama pencemaran udara luar ruangan mencakup penggunaan energi rumah tangga untuk memasak dan pemanas, kendaraan bermotor, pembangkit listrik, pembakaran sampah, serta aktivitas industri.
Polutan yang menjadi perhatian utama bagi kesehatan masyarakat meliputi partikel debu (particulate matter), karbon monoksida (CO), ozon, nitrogen dioksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2). Polusi udara dapat menyebabkan penyakit pernapasan dan penyakit lainnya, serta menjadi penyebab utama dalam kesakitan dan kematian individu.
Data WHO pada 2022 menunjukkan hampir seluruh populasi dunia (99%) menghirup udara yang melebihi batas pedoman WHO dan mengandung kadar polutan yang tinggi. Dari 117 negara yang diteliti, negara-negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah mengalami tingkat paparan polusi udara tertinggi.
Polusi udara merupakan ancaman besar bagi kesehatan dan iklim. Polusi udara di daerah perkotaan maupun perdesaan dapat menghasilkan partikel halus yang dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, serta ISPA.
Kurangi Polusi Udara dengan Transportasi Publik
Mengingat dampak negatif polusi udara terhadap kesehatan dan iklim, kebijakan dan investasi yang mendukung pengurangan sumber polutan utama perlu diperbanyak. Salah satu solusi yang bisa diambil adalah membangun sistem transportasi publik yang memadai.
Warga Jabodetabek sejauh ini telah memiliki beragam opsi transportasi publik, mulai dari Bus Rapid Transit (BRT), Moda Raya Terpadu (MRT), Lintas Rel Terpadu (LRT), hingga Kereta Rel Listrik (KRL). Terlepas sudah adanya pembangunan dan pembenahan infrastruktur berbagai moda, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 79 persen komuter Jabodetabek masih menggunakan kendaraan pribadi untuk menjangkau tempat kegiatan.
Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada 2024 mencapai 164 juta unit. Sebagian besar jenis kendaraan itu adalah sepeda motor yang mewakili lebih dari 83 persen.
Di Jakarta, data BPS pada 2024 menunjukkan jumlah kendaraan bermotor sekitar 12 juta unit. Dari total angka tersebut, sebagian besar masyarakat memiliki sepeda motor dengan angka sekitar 9 juta unit.
Sederet data tersebut memperlihatkan penggunaan kendaraan pribadi masih menjadi pilihan utama masyarakat dalam mobilitas sehari-hari. Sementara itu, berbagai penelitian telah membuktikan transportasi publik adalah pilihan terbaik dalam mengurangi polusi udara.
Sebuah penelitian di Inggris pada 2023 menunjukkan dari seluruh moda transportasi yang ada di sana, kereta komuter mengeluarkan jumlah emisi gas rumah kaca lebih rendah daripada kendaraan pribadi. Penelitian tersebut membandingkan jejak emisi karbon dioksida pada berbagai moda transportasi publik di Inggris. Hasilnya menunjukkan bahwa jejak emisi karbon dioksida di London Underground–layanan kereta komuter di Inggris–sebanyak 75 persen lebih sedikit daripada sepeda motor, 83 persen lebih rendah dari mobil berbahan bakar bensin, dan bahkan 40 persen lebih sedikit dari mobil listrik.
Tidak hanya itu, penelitian pada 2021 di Spanyol menunjukkan tingkat konsentrasi polusi udara naik signifikan ketika terjadi pemogokan massal penyedia transportasi publik seperti metro atau kereta api di Kota Barcelona. Melalui model ekonometrika, penelitian tersebut mengungkap jenis polutan yang konsentrasinya meningkat mencakup CO, SO2, PM10, dan NOx. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan transportasi publik yang banyak dan lebih baik, tingkat polusi akan lebih rendah.
Belajar dari berbagai penelitian dan pengalaman negara lain, membangun dan meningkatkan kualitas transportasi publik merupakan langkah efektif yang bisa diambil untuk menekan polusi udara. Selain membuat udara jadi lebih bersih, transportasi publik yang baik juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat, efisien, dan berkelanjutan bagi semua orang.
-SELESAI-
.png)