Lompat ke konten utama
Logo CISDI: Simbol kolaborasi tiga pilar strategis—riset, advokasi, dan peningkatan kapasitas—untuk kemajuan kesehatan Indonesia.
Klik untuk Akses E-Katalog bit.ly/Katalog-PameranCISDI


Katalog digital ini berisikan kumpulan foto dan video hasil karya dari sepuluh (10) peserta “Lokakarya Foto & Video: Kita Berhak Sehat” yang dipamerkan di Galeri Cemara 6 - Toeti Heraty Museum pada tanggal 30 Mei - 1 Juni 2025, sebagai salah satu rangkaian Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025. Melalui karya ini para peserta tidak hanya mendokumentasikan, tapi juga menantang narasi dominan yang diciptakan industri produk tidak sehat. Mereka menyampaikan pesan kuat bahwa lingkungan tidak sehat bukan hal yang alami, tapi hasil dari sistem yang perlu diubah.


Setidaknya delapan dari sepuluh orang meninggal akibat penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia. Tingginya angka PTM ini berkaitan erat dengan salah satu faktor risiko utama, yaitu konsumsi produk tidak sehat seperti produk tembakau (termasuk rokok konvensional dan rokok elektronik), minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), serta makanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL). Berbagai strategi dikerahkan oleh industri rokok dan pangan untuk meningkatkan daya tarik produk tidak sehat mereka, mulai dari lobi untuk menghambat kebijakan pengendalian produk tidak sehat, hingga praktik greenwashing yang dapat mengalihkan perhatian publik dari dampak negatif produk yang mereka hasilkan.


Melihat hal tersebut, Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), berkolaborasi dengan PannaFoto Institute, berinisiatif menyelenggarakan pameran dari rangkaian kegiatan “Lokakarya Foto & Video: Kita Berhak Sehat” yang menjadi bagian dari Save Our Surroundings Fest 2025 dalam memperingati Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2025, mengusung tema dari World Health Organization (WHO) yaitu "Unmasking the Appeal: Exposing Industry Tactics on Tobacco and Nicotine Products”.


Kumpulan foto dan video dalam katalog digital ini adalah karya dari sepuluh fotografer dan videografer dari berbagai kota di Indonesia sebagai upaya untuk membuka kembali mata dan hati kita dalam melawan hegemoni industri tidak sehat. Lewat karya-karya video dan foto kritis ini, mereka menggali makna cerita yang lebih dalam dari sekadar statistik: seorang remaja perempuan yang bergumul dengan citra tubuh dan makanan instan, seorang anak yang ingin ayahnya berhenti merokok, hingga stereotip keterbelakangan pangan lokal.

Pada akhirnya, meraih hak sehat adalah perjuangan kolektif yang nampak sunyi, namun dapat disuarakan dengan lantang melalui karya seni.