Thumbnail
Siaran Pers

Bukan Musuh Industri, Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) Mestinya Dapat Diberlakukan Tahun Depan

Ori Sanri Sidabutar • 13 Sep 2023

Jakarta, 14 September 2023 Menjelang pengesahan RAPBN 2024 menjadi undang-undang pada akhir September mendatang, CISDI dan koalisi mendorong pemerintah dan DPR untuk memberlakukan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tahun depan.


“Jumlah kasus obesitas dan penyakit tidak menular di Indonesia meningkat signifikan sepuluh tahun terakhir. Sementara, instrumen yang diyakini bisa menekan angka peningkatan tersebut, yaitu cukai MBDK, masih terus ditunda," kata Olivia Herlinda, Chief Research and Policy CISDI, dalam media briefing bertajuk Cukai MBDK Jangan Dianggap Musuh Industri di Jakarta, Kamis (14/9).


Namun, saat ini masih ada pihak yang kontra terhadap pemberlakuan cukai pada MBDK karena dianggap merugikan industri dan ekonomi. Padahal, beberapa riset menyebut cukai MBDK memberi dampak baik terhadap industri.


Kenaikan harga MBDK sebesar 1% setelah cukai berpotensi meningkatkan permintaan air mineral sebanyak 0,33% (Gita Kusnadi et al, 2022).


Selain itu, penerapan cukai juga akan menggeser konsumsi MBDK ke produk lebih rendah gula, seperti teh hijau kemasan tanpa gula. Hal ini dijumpai di Thailand dan Vietnam (Gita Kusnadi et al, 2023).


“Jadi, pendapatan industri yang menurun dari MBDK bisa digantikan dengan pendapatan dari air minum dalam kemasan (AMDK) dan minuman rendah gula lain. Sebab, produsen MBDK biasanya memproduksi beberapa jenis minuman,” kata Zulfiqar Firdaus, Health Economics Research Associate CISDI.


Dari segi potensi penerimaan negara, cukai MBDK diperkirakan menyumbang Rp 2,44 triliun sampai Rp 3,62 triliun jika penerapannya memicu kenaikan harga produk minuman berpemanis sebesar minimal 20%.


Juli lalu, pemerintah memutuskan menunda penerapan pungutan cukai MBDK yang seharusnya berlaku tahun ini. Alasannya, kondisi industri makanan dan minuman belum sepenuhnya pulih akibat dampak pandemi COVID-19 selama tiga tahun terakhir.


Padahal, pemerintah sebenarnya telah menargetkan pungutan cukai minuman berpemanis dalam penyusunan RAPBN 2023, tepatnya dalam Buku II Nota Keuangan. Dikatakan, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tahun 2022 hingga 5,31 persen dan memiliki ruang fiskal untuk memberlakukan cukai MBDK tahun ini.


“Pengesahan RAPBN 2024 menjadi momen yang sangat penting supaya pemerintah tidak lagi menunda penerapan pungutan cukai MBDK," kata Olivia.


CISDI bersama dengan Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA) dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terus mendorong pemerintah dan DPR menerapkan cukai MBDK karena dampak buruk minuman berpemanis terhadap kesehatan.


Studi meta analisis pada 2021 dan 2023 mengestimasi setiap konsumsi 250 mililiter MBDK akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 12 persen, risiko diabetes tipe 2 sebesar 27 persen, dan risiko hipertensi sebesar 10 persen (Meng et al, 2021; Qin et al, 2021; Li et al, 2023).


Mengadaptasi temuan World Bank (2020), penerapan cukai diprediksi meningkatkan harga dan mendorong reformulasi produk industri menjadi rendah gula sehingga menurunkan konsumsi MBDK. Penurunan konsumsi MBDK akan berkontribusi terhadap berkurangnya tingkat obesitas dan penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, hingga penyakit jantung koroner.


Berdasarkan sejumlah studi di atas, CISDI menyampaikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah dan DPR RI:


  1. Segera berlakukan cukai untuk produk MBDK minimal 20% berdasarkan kandungan gula untuk menurunkan konsumsi MBDK masyarakat hingga 17,5%.
  2. DPR menyetujui usulan Kementerian Keuangan untuk menambahkan obyek cukai minuman berpemanis dalam kemasan di Undang-Undang APBN 2024.
  3. Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian memberikan pendampingan dan sosialisasi untuk industri terdampak, termasuk UMKM.
  4. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengedukasi masyarakat mengenai bahaya mengkonsumsi minuman atau makanan berpemanis kadar tinggi.
  5. Pemerintah, melalui BPOM, memperbaiki pengawasan dan penegakan peraturan serta standarisasi pelabelan informasi gizi pada produk MBDK untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya minuman tinggi gula.


-SELESAI- 


Akses dokumen materi media briefing CISDI tentang “Cukai MBDK Jangan Dianggap Musuh Industri” dapat diakses pada link berikut:

Materi Media Briefing CISDI Jangan Dianggap Musuh Industri 


Tentang CISDI

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah organisasi non-profit yang bertujuan memajukan pembangunan sektor Kesehatan dan penguatan sistem Kesehatan melalui kebijakan berbasis dampak, riset, advokasi dan intervensi inovatif yang inklusif dan partisipatif.


Informasi lebih lanjut

Ori Sanri Sidabutar

Senior Communications Officer 

+62 877 8433 5149

Email: communication@cisdi.org 

www.cisdi.org




Terbaru

Pilkada Serentak, Saatnya Memilih Pemimpin yang Peduli Krisis Iklim dan Ketahanan Pangan

Siaran Pers

Pilkada Serentak, Saatnya Memilih Pemimpin yang Peduli Krisis Iklim dan Ketahanan Pangan

CISDI Secretariat

• 20 Nov 2024

Anggaran Jumbo Program Kesehatan Prabowo-Gibran, CISDI Dorong Akuntabilitas Perencanaan dan Tata Kelola

Siaran Pers

Anggaran Jumbo Program Kesehatan Prabowo-Gibran, CISDI Dorong Akuntabilitas Perencanaan dan Tata Kelola

CISDI Secretariat

• 23 Okt 2024

Pemerintah Tidak Naikkan Cukai Rokok pada 2025, Koalisi: Langkah Mundur Perlindungan Publik

Siaran Pers

Pemerintah Tidak Naikkan Cukai Rokok pada 2025, Koalisi: Langkah Mundur Perlindungan Publik

Anandya Khairunnisa

• 25 Sep 2024

Safari Politik ke DPR dan Kementerian Kesehatan, 13 Anggota DPRemaja Bawa Aspirasi Generasi Muda

Siaran Pers

Safari Politik ke DPR dan Kementerian Kesehatan, 13 Anggota DPRemaja Bawa Aspirasi Generasi Muda

Anandya Khairunnisa

• 24 Sep 2024