Thumbnail

Feature

Satu Tahun Gempa Cianjur, Mereka yang Masih Bergulat Pulihkan Layanan Kesehatan Untuk Warga

Tengku Raka28 Nov 2023

Bulan November ini, satu tahun lalu, lindu berkekuatan 5,6 magnitudo mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gempa yang dipicu pergerakan sesar Cugenang itu telah menyebabkan lebih dari 56 ribu rumah di 12 kecamatan rusak, termasuk sejumlah fasilitas publik. Sedikitnya 602 orang tewas tertimpa reruntuhan bangunan dan lebih dari 58 ribu orang lainnya menjadi pengungsi karena rumah mereka tak lagi bisa dihuni.


Ibu Aeheni (43 tahun), seorang penyintas gempa dan kader kesehatan di Puskesmas Cijedil, Kecamatan Cugenang, masih mengingat peristiwa yang nyaris merenggut jiwanya tersebut. Saat itu dia sedang berada di dalam rumah bersama anak, orang tua, dan adiknya. Merasakan goyangan gempa, Aeheni dan keluarganya seketika bergegas keluar rumah.


Foto 1: Ibu Aeheni, Kader Kesehatan Puskesmas Cijedil, Cianjur.

Beruntung, mereka semua bisa menyelamatkan diri. Adiknya terluka di bagian kaki sebelah kanan lantaran terkena pecahan kaca dari reruntuhan bangunan rumah. "Waktu terjadi gempa itu kami panik, enggak tahu harus ngapain. Saya mencoba tenang sambil baca istigfar dan minta pertolongan ke Allah," kata Aeheni menceritakan kembali pengalamannya kepada tim CISDI saat mengunjungi Puskesmas Cijedil pada Selasa, 8 Agustus 2023.


Guncangan gempa membuat rumah Aeheni rusak parah. Bahkan, rumahnya ambruk pasca terkena beberapa kali gempa susulan. Berdiri di luar rumahnya yang hancur, Aeheni sempat tertegun mendapati area di sekitarnya porak-poranda. Ia melihat rumah-rumah tetangganya rata dengan tanah.


Aeheni menuturkan bahwa pasca gempa pertama banyak warga di lingkungan sekitarnya yang menangis dan berteriak minta tolong. Ada salah satu tetangganya menangis sambil berguling-guling akibat kehilangan anak dan istrinya. Adapun Aeheni dan keluarganya hingga saat ini masih mengungsi di rumah sanak saudaranya karena rumahnya belum kunjung diperbaiki seperti semula.


Foto 2: Potret kondisi bangunan rumah warga yang masih rusak akibat dampak gempa Cianjur satu tahun lalu.

Dokter Anisa Pristiani, Kepala Puskesmas Cijedil, menceritakan pengalaman serupa. Ketika gempa mengentak Cianjur, Anisa dan beberapa tenaga kesehatan (nakes) lainnya merasa kaget sekaligus bingung. Bahkan salah satu dari mereka menganggap bahwa lindu yang terjadi pada 21 November 2022 itu adalah kiamat karena guncangannya sangat kencang.


Di tengah kebingungan dan rasa waswas, Anisa dan rekan-rekan nakes yang pagi itu berada di puskesmas mesti sigap menjalankan tugas mereka. Mereka menerima satu per satu korban gempa yang digotong ke puskesmas. "Kondisinya berdarah-darah. Bahkan banyak korban yang meninggal di teras puskesmas sampai berjejer," ucap dokter Anisa.


Dokter Anisa mengatakan bahwa rekan-rekannya sesama nakes tetap bertindak profesional. Walaupun dirundung rasa cemas dan gelisah akan nasib keluarga di rumah, mereka tetap memprioritaskan pasien yang telah berdatangan ke puskesmas.


"Setelah selesai menangani pasien di puskesmas, kami baru mencoba menghubungi keluarga masing-masing. Banyak yang selamat, meski ada juga keluarga yang tidak selamat karena tertimpa reruntuhan rumah," ujar Anisa.


Fasilitas Kesehatan Ikut Terdampak

Selain merobohkan ribuan rumah penduduk, gempa Cianjur juga menyebabkan sejumlah fasilitas layanan kesehatan rusak. Setidaknya ada empat puskesmas (Cugenang, Warungkondang, Pacet, dan Nagrak) dan satu rumah sakit (RSUD Cianjur) yang mengalami kerusakan berat dan ringan. Akibatnya, pemberian layanan kesehatan kepada masyarakat sempat terganggu.


Untungnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur bereaksi cepat. Dengan metode rapid health assessment, dinas kesehatan mengerahkan pelayanan kesehatan di beberapa titik pengungsian. Memastikan layanan kesehatan tetap berjalan menjadi hal penting karena, menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya ada 5 (lima) masalah kesehatan yang jamak diderita para korban gempa, yakni infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gastritis, hipertensi, diare, dan diabetes.


Di Kecamatan Cugenang, kawasan yang dulu menjadi episentrum gempa Cianjur, kami bertemu dengan Intan, seorang tenaga kesehatan eksternal PUSPA di Posyandu Padaluyu. Intan bercerita tentang kondisi fasilitas kesehatan setelah dihantam lindu. "Saat itu layanan cukup terdampak. Bangunan Puskesmas Cugenang rusak dan ambruk bagian atasnya walaupun kaki-kakinya masih berdiri. Akibatnya, pelayanan kesehatan terganggu," ujarnya.


Tim CISDI menyaksikan langsung deretan bangunan rumah yang masih rusak dan rumah yang sedang dibangun kembali. Tenda-tenda pengungsian juga masih tampak terpancang di sejumlah lokasi, entah apakah masih dipergunakan warga. Semua menjadi saksi bisu gempa dahsyat yang telah meluluhlantakkan daerah itu satu tahun lalu.


Foto 3: Kondisi shelter layanan sementara di Puskesmas Cugenang yang sudah tidak beroperasi. Semua layanan kini sudah dipindahkan ke gedung utama puskesmas.

Puskesmas Cugenang termasuk salah satu layanan kesehatan yang terbilang cukup beruntung karena cepat mendapatkan bantuan berupa shelter sementara. Para tenaga kesehatan memanfaatkan shelter ini untuk memberikan layanan kesehatan sementara terhadap warga. Masalahnya, walaupun dibangun dengan konstruksi anti-gempa, ruangan yang tersedia sangat terbatas dan belum bisa dipakai untuk semua pelayanan kesehatan.


Kami juga menjumpai Nurhayati, seorang kader kesehatan Posyandu Padaluyu. Nurhayati menjelaskan soal penyakit yang bermunculan pasca-gempa. Menurut dia, warga banyak mengeluhkan penyakit panas dan kulit yang menyerang balita, remaja, dan penduduk lanjut usia (lansia).


"Abis gempa kan warga banyak enggak punya tempat tinggal. Mereka harus tinggal di tenda. Kalau siang kepanasan, malam kedinginan, jadi terkadang setiap ada anak yang sakit akhirnya menulari orang tuanya," ucap Nurhayati.


Mendapati berbagai keluhan warga, para tenaga kesehatan tidak tinggal diam. Menurut Intan, keterbatasan ruang pelayanan tidak menghentikan mereka untuk tetap membantu masyarakat. Mengingat tidak semua warga punya kesempatan ke puskesmas, para nakes banyak melakukan jemput bola. "Pelayanan tidak hanya difokuskan ke puskesmas tapi juga di luar gedung (puskesmas) supaya dapat menjangkau mereka yang aksesnya jauh dari puskesmas," ucap Intan.


Foto 4: Tenaga kesehatan Puskesmas Cugenang mencatat data warga yang ingin melakukan cek kesehatan di Desa Padaluyu, Kecamatan Cugenang, 9 Agustus 2023.

Kader kesehatan juga demikian. Nurhayati, misalnya, mendatangi warganya yang tidak bisa menjangkau posyandu. Ibu-ibu kader kesehatan juga memberikan sosialisasi di tempat-tempat yang terkena dampak bencana. "Kadang kalau ada nakes, seperti dokter, datang ke sini ya sudah kami datang dan usahakan membantunya," ujarnya.


Pemulihan Lewat Kolaborasi

Satu tahun telah berlalu. Layanan kesehatan yang dulu terdampak gempa Cianjur kini perlahan mulai pulih. Namun, dibutuhkan waktu, dukungan, dan kerja sama untuk dapat mengembalikan layanan kesehatan seperti sedia kala.


Kolaborasi menjadi kunci dalam memulihkan layanan kesehatan, termasuk kondisi masyarakat dan para nakes di sana. Kepala Puskesmas Cijedil, dokter Anisa Pristiani, menceritakan kolaborasi dilakukan dengan melibatkan dinas kesehatan setempat, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, praktisi, hingga lembaga swadaya masyarakat.  


Foto 5: Dokter Anisa Pristiani, Kepala Puskesmas Cijedil, Cianjur.

Selama tiga bulan pertama, Puskesmas Cijedil berfokus pada penanggulangan bencana. Para nakes merawat dan menyembuhkan masyarakat yang mengalami luka terbuka, patah tulang, dan luka lainnya. Puskesmas lantas memulihkan akses air bersih, kesehatan lingkungan, hingga pengelolaan dan penanggulangan sampah yang sempat terhenti. Dalam memperbaiki tingkat standar pelayanan minimal (SPM), Puskesmas Cijedil bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 


“Mereka membantu kami untuk cepat bangkit kembali dengan melakukan inovasi dan kegiatan-kegiatan out of the box yang di luar kebiasaan kami. Salah satu yang dilakukan adalah kegiatan Cekas (cek kesehatan). Kami mendorong warga untuk skrining kesehatan, gula darah, hipertensi, dan kolesterol supaya kami punya data yang lebih valid,” kata dokter Anisa. 


Kolaborasi lain dengan mendirikan posko-posko kesehatan di beberapa titik. Salah satunya posko layanan kesehatan reproduksi (kespro), yang merupakan kolaborasi Puskesmas Cijedil dengan Kementerian Kesehatan. Selain posko kespro, dokter Anisa dan timnya juga menyediakan layanan puskesmas keliling. “Di sana ada USG keliling dokter spesialis obgyn (obsteri dan ginekologi) yang ikut membantu sebagai relawan pada waktu itu,” ucapnya.


Tak berhenti di situ, Puskesmas Cijedil juga menggandeng praktisi, yakni Ikatan Psikolog Jawa Barat, yang turut memberikan perhatian terhadap kondisi kesehatan mental para nakes. Sebab, ketika dilakukan asesmen kesehatan mental, tingkat kecemasan dan depresi para nakes di sana ternyata banyak yang hampir mendekati puncak. Dokter Anisa merasa bersyukur mendapatkan bantuan konseling pemulihan trauma yang selama ini tidak pernah diperoleh para nakes.


“Alhamdulillah bantuan konseling itu memberikan dampak positif terhadap semangat para nakes di Puskesmas Cijedil untuk memberikan pelayanan lebih baik lagi,” ucap dokter Anisa.


Foto 6: Tenaga kesehatan Puskesmas Cugenang melayani pemeriksaan kesehatan gratis terhadap penduduk setempat, 9 Agustus 2023.

Satu tahun telah berlalu. Kecamatan Cugenang masih terus berusaha untuk pulih seperti sedia kala. Begitu pula layanan kesehatan di sana. Puskesmas Cugenang dan Cijedil sama-sama berupaya bangkit kembali, salah satunya dengan mengejar capaian 12 indikator SPM yang sempat turun akibat dampak gempa.


Lindu memang tak pernah dapat diprediksi. Namun, cerita perjuangan para tenaga kesehatan dan kader kesehatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dapat menjadi motivasi dalam menghadapi situasi sulit karena bencana yang datang tidak terduga. Perlahan tapi pasti, kolaborasi dan kerja sama dapat menjadi kunci untuk bangkit kembali dari keterpurukan.


Tentang PUSPA


Puskesmas Terpadu dan Juara atau PUSPA merupakan program kerja sama Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk memperkuat peran layanan kesehatan primer. Pada 2023, Program PUSPA diselenggarakan pada 8 kabupaten/kota di Jawa Barat untuk 90 puskesmas.



Terbaru