Janji Kesehatan Capres: Anies, Prabowo, Ganjar
Siapa yang Paling Mikirin Kesehatan Masyarakat Kita
Kesehatan seringkali menjadi sebuah pilihan politik dari para pemangku kebijakan. Padahal sektor kesehatan merupakan daya ungkit esensial dalam pembangunan, namun seringkali dikesampingkan demi kepentingan ekonomi. Lemahnya sistem kesehatan ketika pandemi COVID-19 berdampak signifikan ke aspek pembangunan ekonomi dan lainnya. Di sisi lain, kesehatan seringkali digunakan sebagai janji kampanye para politisi. Sebagai kebutuhan dasar masyarakat, program dan kebijakan kesehatan yang ditawarkan oleh politisi menjadi daya tarik bagi para pemilih.
Dalam kontestasi pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 ini, para pasangan calon berlomba menjual ide program kesehatan yang akan dilakukan bila mereka menjabat. Calon pemimpin harus memahami prioritas pembangunan kesehatan, juga melakukan harmonisasi antara sektor kesehatan dan sektor lainnya. Prioritisasi yang tepat dan komitmen politik serta kepemimpinan yang kuat akan menjadi kunci untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
Untuk itu, CISDI mencoba melakukan kajian program dan kebijakan kesehatan para calon presiden dan wakil presiden menggunakan analisis konten dokumen program, peryataan kandidat, dan rekaman video diskusi yang dapat diakses di publik. Kajian ini diharapkan dapat membantu pemilih memahami komitmen calon pemimpin untuk pembangunan kesehatan Indonesia secara berdampak dan berkelanjutan.
*CISDI sebagai organisasi non-profit menegaskan netralitasnya.
Analisis Lengkap
KIA, Kespro, dan Gizi
Isu Kesehatan Ibu, Anak, Remaja (KIA), Kesehatan Seksual-Reproduksi (Kespro), dan gizi dapat digabung melalui terminologi SRMNCAH+N (sexual, reproductive, maternal, neonatal, child, adolescent health and nutrition). Terminologi SRMNCAH+N terbentuk karena ada kesinambungan dan irisan antar permasalahan struktural yang mempengaruhi KIA, Kespro, dan Gizi.
Beberapa indikator pembangunan manusia terkait KIA, Kespro, dan Gizi masih memerlukan perhatian, seperti angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi. Selain itu, stunting masih belum menyentuh target capaian pemerintah. Banyak determinan sosial lainnya yang juga mempengaruhi capaian KIA, Kespro, dan Gizi , termasuk isu gender. Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang saat ini masih tinggi, juga masih terus meningkatnya tren perkawinan anak.
Persoalan kesehatan dan sosial tersebut telah terakumulasi sekian lama di Indonesia dan belum juga teratasi oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Memastikan terjaminnya kesehatan ibu, anak, dan remaja akan menjadi daya ungkit ketahanan keluarga, juga generasi yang produktif dan berkontribusi optimal untuk pembangunan.
Mari kita cek strategi calon pemimpin terkait isu ini
Halaman terakhir diperbaharui: 04 Februari 2024